Gua
Selomangleng adalah sebuah situs gua yang berada di sebuah perbukitan di kaki
Gunung Klothok, Desa Waung, sekitar 2 Km dari kota Kediri, hanya beberapa meter
dari Museum Airlangga. Selomangleng berasal dari kata Selo yang berarti batu
dan Mangleng yang artinya menggantung. Gua Selomangleng ini dipercaya sebagai
tempat pertapaan Dewi Kilisuci.
Dewi
Kilisuci, yang bernama asli Sanggramawijaya dan dikenal sebagai kedi (tidak
menstruasi), adalah putri mahkota Raja Airlangga yang menolak menerima tahta
kerajaan Kahuripan, dan lebih memilih menjauhkan diri dari kehidupan dunia
dengan cara menjadi pertapa di Gua Selomangleng hingga muksa, lenyap ditelan
bumi.
Makanan
tradisional Pentol yang dijajakan di atas sebuah motor berpayung terlihat
tengah menunggu pembeli di regol undakan menuju ke Gua Selomangleng. Rindang
pepohonan di sekitar lokasi Gua Selomangleng cukup membantu untuk mengurangi
panasnya matahari Kediri yang cukup menyengat kulit.
Sebuah arca batu Dwarapala berukuran kecil dengan wajah yang telah rusak dan tangan menggenggam sebuah gada tampak diletakkan di sekitar tengah-tengah undakan menuju Gua Selomangleng. Perbukitan tempat dimana Gua Selomangleng ini berada letaknya tidak terlalu tinggi, sehingga cukup mudah untuk diakses,
Dua buah sisa-sisa tiang batu yang hanya tinggal bagian bawahnya saja, yang mungkin merupakan reruntuhan gapura Gua Selomangleng, serta beberapa arca batu yang sudah tidak utuh lagi, diletakkan di sebuah ruang terbuka di kaki Gua Selomangleng.
Saya kira
Dinas Purbakala dan pemerintah setempat bisa mempertimbangkan untuk membuat
sebuah Candi Bentar yang anggun di regol undakan, atau di kaki Gua Selomangleng
ini, karena membiarkan sebuah warisan budaya dalam keadaan rusak dan apa
adanya, mungkin bukan satu-satunya pilihan yang terbaik. Karena jika demikian,
maka kita tidak akan pernah melihat Candi Borobudur, misalnya, dalam keadaan
seperti sekarang ini.
Sebuah patung Dwarapala dengan kepala rusak diletakkan di ruang terbuka di kaki Gua Selomangleng.
Beberapa
tumpukan batu yang tidak jelas peruntukannya teronggok di kaki perbukitan Gua
Selomangleng, sementara di sebelah kirinya, di permukaan lereng batuan andesit
ini terdapat ukiran sulur-suluran yang sudah tidak utuh lagi.
Akan sangat
membantu bagi para pengunjung jika saja dibuat keterangan pada benda-benda yang
berada di sekitar lokasi Gua Selomangleng ini. Setidaknya kisah penemuan dan
perkiraan penggunaannya, jika informasi yang jelas tidak tersedia. Sayang
sekali jika para pengunjung pulang dengan kepala kosong, tanpa tahu apa yang
sesungguhnya mereka lihat di sana.
Ada dua buah
mulut gua batu di lokasi Gua Selomangleng ini, yang terbentuk dari batuan
andesit berwarna hitam yang ukuran cukup besar, sehingga bisa terlihat mata
dari jarak yang cukup jauh. Akses untuk masuk ke Gua Selomangleng ini tidak
terlalu sulit melewati jalanan batuan alam menuju mulut gua.
Dinding Gua Selomangleng ini penuh dengan relief yang dipahat diatas dinding batuan gua yang keras. Sebuah relief manusia dalam posisi bertapa dipahat pada pilar batu lengkung Gua Selomangleng.
Tidak ada
catatan di bawah setiap relief yang berada di dalam Gua Selomangleng, namun
semua relief itu terkait kisah Dewi Kilisuci. Relief di atas barangkali adalah
relief Patih Buto Luhcoyo yang dipercayai setia mendampingi Dewi Kilisuci.Relief sepasang manusia pada permukaan dinding batu Gua Selomangleng, dan
beberapa relief manusia dan bentuk lainnya. Mungkin ini adalah relief yang
menceritakan saat Dewi Kilisuci dilamar oleh Prabu Kelono Siwandono, Raja
Bantar Angin.
Keadaan di
dalam Gua Selomangleng cukup gelap, sampai gelap sekali, sehingga cukup
menyulitkan dalam pengambilan gambar.
Di dalam Gua
Selomangleng terdapat tiga buah ruangan, dengan ruangan utama berada di pintu
masuk pertama dan ke dalam ruangan lain dihubungkan masing-masing oleh sebuah
pintu kecil yang berada di sebelah kiri dan kanan.
Permukaan dinding Gua Selomangleng ini penuh dengan relief berbentuk gunungan dan beberapa relief manusia. Sayangnya belum ada yang bisa mengurai makna relief yang berada di permukaan dinding batu Gua Selomangleng yang kedap air ini.
Di dalam Gua
Selomangleng terdapat sebuah ceruk yang mungkin pernah digunakan sebagai sebuah
tempat pertapaan. Bertapa adalah sebuah ritual fisik, rasa, dan karsa untuk
tujuan mensucikan jiwa, mempertebal kekuatan batin atau meningkatkan ilmu
kesaktian, atau untuk tujuan mendekatkan pada Sang Pencipta.
Sebuah relief Kala atau Banaspati di dalam Gua Selomangleng. Relief Kala di
daerah Jawa Timur biasanya memang lengkap dengan rahang bagian bawah, sedangkan
di daerah Jawa Tengah biasanya tanpa rahang bawah.
Sebuah tempat pembakaran dupa, serta sebuah altar tempat meletakkan bunga kanthil dan mawar yang berada di dalam Gua Selomangleng. Relief pada dinding Gua Selomangleng tampak sudah berwarna kehitaman, mungkin karena asap dupa yang sering dibakar di sana.
Gua
Selomangleng merupakan tempat wisata bersejarah yang harus dikunjungi ketika
anda berada di Kota Kediri, karena selain aksesnya yang mudah, berkunjung ke
Gua Selomangleng ini seperti memasuki sebuah lorong waktu, dan mengingatkan
kepada kita bahwa kemuliaan dunia bukanlah segalanya, setidaknya bagi seorang
Dewi Kilisuci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar