Nganjuk- Kamis
(1/5), terik matahari mulia meninggi, panas menyengat membakar kulit. Terlihat beberapa
orang laki-laki sedang bekerja di bawah terik matahari. Ladang yang luas, hamparan
tanaman padi dan bawang merah menyuguhkan pemandangan nan hijau menyejukkan mata. Mata pencaharian warga
desa Klagen kecamatan Rejoso ini adalah mayoritas sebagai petani. Di desa ini
akan terasa sangat sepi pada pagi hari, karena kebanyakan dari mereka selalu sibuk
di ladang mereka masig-masing. Padi dan Bawang Merah pun menjadi tanaman
terpilih dari warga desa Klagen.
Kebanyakan
para petani desa Klagen kecamatan Rejoso ini lebih suka menanam bawang merah, atau
yang biasa lebih di kenal dengan sebutan brambang.
Maka tak mengeherankan apabila banyak ditemukan rumah warga yang penuh dengan brambang, biasanya para warga menyimpang
brambang tersebut di atap rumah.
Alasanya agar bawang merah mereka tetap utuh sampai kering dan tidak busuk. Berikut penuturan Hari (28), “Di
rumah saya terdapat banyak brambang
yang menggantung di atap rumah karena brambang
itu akan saya jadikan bibit. Jadi brambang
itu tidak boleh busuk dan juga harus kering.”
Tanaman
brambang ini biasanya ditanam pada
bulan Juni setiap tahunya. Proses pemanenan
brambang tersebut sangat cepat, karena hanya memerlukan waktu selama kurang
lebih dua setengah bulan saja sudah dapat dipetik hasilnya. Oleh karena itu,
hasilnya dirasa lebih menguntungkan. “Saya lebih suka menanam bawang merah
mbak, karena hasilnya lebih banyak. Sekali panen saja bisa beli dua motor”, sambil
tertawa senang ucap Pairan (40).
“Tetapi perawatan untuk menanam bawang merah
susah mbak, karena setiap hari airnya harus terjaga”, ujar Hari (28). “Untuk
memenuhi kebutuhan air yang ajeg,
maka ladang untuk menanam bawang merah selalu dikeliligi oleh got-got untuk
menampung air”, tambanya lagi.
Selain
brambang, desa ini juga tetap
memprioritaskan tanaman padi. Bagi Sumali (39) beliau lebih suka menanam padi
karena padi lebih mudah perawatannya, ujar pria paruh baya tersebut. Meskipun
dari hasil panen padi tidak bisa dipastikan, tetapi beliau tetap tidak ingin
beralih profesi dari petani padi menjadi petani brambang.
Karena hasil panen padi tidak selalu
dapat diandalkan, maka pak Sumali (39) ini meminjam uang di koperasi, untuk
mulai membeli bibit, pupuk, serta untuk memenuhi semua perawatan padinya. “Kita
itu petani kecil mbak, kalau ndak minjem
di koperasi juga ndak akan bisa
usaha. Baru nanti setelah panen, kita bisa mengangsur pembayaran pinjaman di
koperasi”, papar lelaki paruh baya itu (1/5).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar