Chikungunya Menyerang
Posko KKN 43
Penyakit
yang disebabkan oleh infeksi alphavirus ini menyerang 3 mahasiswa KKN di posko
43 Desa Sanggrahan. Mahasiswa penderita chikungunya tidak menyadari bahwa
terserang chikungunya, awalnya mereka hanya merasakan sakit di bagian kaki dan
tangan tetapi setelah beberapa hari mereka mengalami demam dan mual.
Alphavirus
penyebab chikungunya disebarkan melalui gigitan dari nyamuk spesies Aedes
Aegypti. Penderita penyakit ini merasakan nyeri sendi hebat terutama terjadi
pada lutut, pergelangan kaki, serta persendian tangan dan kaki. Salah satu
gejala penyakit ini adalah demam mendadak yang mencapai 39.
Meskipun chikungunya disebarkan oleh nyamuk yang juga menularkan penyakit demam
berdarah, chikungunya bukan penyakit yang mematikan hanya saja penderita yang
sudah terlambat tidak mendapat penanganan akan mengalami kelumpuhan. Virus
tersebut dipindahkan dari satu penderita ke penderita yang lain. Bisa jadi,
mahasiswa yang menderita chikungunya tertular dari mahasiswa yang telah
terinfeksi virus chikungunya sebelumnya.
“Awalnya
saya mengalami demam tinggi setelah itu seluruh badan saya terasa sakit semua,
setelah saya periksakan ke dokter ternyata saya terserang chikungunya. Di posko
ini ada banyak baju yang tergantung di kamar-kamar dan tempatnya juga gelap
sehingga banyak nyamuk yang bersarang di kamar.” Ujar Kurniawan, mahasiswa KKN
yang terserang chikungunya.
Banyaknya
nyamuk di posko 43 tidak dapat dipungkiri menjadi salah satu penyebab beberapa
mahasiswa KKN terserang chikungunya. Lingkungan posko yang padat penduduk
menyebabkan air limbah rumah tangga tergenang dan sampah berserakan dimana-mana
sehingga menyebabkan jentik-jentik nyamuk bersarang. Selain itu, tempat yang lembab juga dijadikan
nyamuk yang aktif di siang hari sebagai tempat berkembangbiak.
Dari
kejadian tersebut mahasiswa KKN di posko 43 melakukan kegiatan sosialisasi
bahaya chikungunya dan demam berdarah kepada masyarakat sekitar agar wabah
chikungunya tidak terjadi di Desa Sanggrahan, karena beberapa waktu sebelumnya
salah satu anak di desa itu mengalami sakit demam berdarah. Mahasiswa juga
melakukan kerja bakti agar lingkungan menjadi bersih dan sehat.
Perangkat
Desa Sanggrahan sebenarnya juga telah mengadakan kegiatan-kegiatan untuk
mencegah demam berdarah seperti pemberian bubuk abate dan gerakan membersihkan bak
mandi dan tempat penampungan air satu minggu sekali. Selain program dari desa
yang harus terus dilaksanakan, sebaiknya masyarakat juga lebih sadar lagi akan
kebersihan dan kesehatan lingkungan agar
chikungunya dan demam berdarah tidak mewabah
di lingkungan tempat tinggal mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar