Oleh : Irma Novantia Dewi
Nganjuk
– Sebagai salah satu kota angin, dan memiliki kontur tanah yang subur,
menjadikan kota Nganjuk sebagai ladang pertanian subur di Jawa Timur. Salah
satu komoditi yang paling banyak di tanam oleh warga Nganjuk adalah tanaman
bawang merah. Tanaman ini menjadi komoditi utama yang bisa tumbuh subur di kota
Nganjuk. Tanaman yang bisa dipanen dalam waktu singkat, kurang lebih antara 2
sampai 3 bulanan ini menjadi penyokong utama perekonomian warga yang sebagian
besar bekerja sebagai petani.
Pada
bulan-bulan ini, sebagian besar masyarakat banyak yang sudah memanen bawang
merahnya. Tak terkecuali bagi warga Desa Puhkerep Kecamatan Rejoso Kabupaten
Nganjuk. Pada musim panen seperti ini, suasana desa semakin ramai oleh bapak-bapak
yang memanen bawangnya, atau pun ibu-ibu yang bekerja musiman untuk pitel ataupun ngombyok.
Sayang,
musim panen pada bulan-bulan april-mei kali ini bukan menjadi keberuntungan
bagi petani. Pasalnya, banyak tanaman bawang yang kurang mencapai hasil maksimal
ketika dipanen, bahkan ada yang gaggal panen. Kualitas bawang yang kurang bagus
menyebabkan harga di pasaran pun juga kurang bagus. “Sekarang harganya kalau
yang ombyok Rp.10.000 per-kg,
sedangkan yang protolan itu Rp.8.000
per-kg.” Ungkap Bu Eni, salah satu warga Puhkerep yang juga merupakan petani
bawang merah.
Harga
saat ini terbilang stabil, tetapi juga termasuk rugi. Pasalnya, ketika harga bagus
per-kg bawang merah bisa mencapai Rp.40.000, sedangkan apabila harga turun bisa
sampai Rp.2.000 saja. Bahkan tak jarang petani membuang panenan mereka karena
terlanjur kecewa dengan menanggung rugi yang besar.
Warga
mengalami banyak kerugian biasanya pada bulan-bulan satu. Karena pada musim itu
banyak hama yang menyerang dan mengakibatkan tanaman bawang rusak. Selain itu,
faktor angin dan jenis tanah juga sangat berpengaruh pada kualitas bawang merah
nantinya. “Kalau tanahnya medi terus
hitam itu tanaman bawangnya akan semakin bagus mbak,” ungkap Bu Eni.
Bagi petani bawang merah di sini, kerugian yang dialami itu sudah merupakan hal yang wajar bagi mereka. Terkadang ketika harga sedang bagus mereka juga bisa memperoleh laba yyang di luar dugaan. “Ini termasuk masih rugi mbak. Modalnya dulu nggak kembali sama hasil panennya ini. Pokoknya bejo-bejan, kalau harga bagus yang punya ladang luas itu sekali panen kemarin orang-orang sini bisa untuk membeli mobil”, ungkap Bu Eni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar