Minggu, 11 Mei 2014

BAWANG MERAH BERKAH, PADI PUN TAK MERUGI

Oleh : Hani Ammaria
 
Nganjuk- Kamis (1/5), terik matahari mulia meninggi, panas menyengat membakar kulit. Terlihat beberapa orang laki-laki sedang bekerja di bawah terik matahari. Ladang yang luas, hamparan tanaman padi dan bawang merah menyuguhkan pemandangan nan  hijau menyejukkan mata. Mata pencaharian warga desa Klagen kecamatan Rejoso ini adalah mayoritas sebagai petani. Di desa ini akan terasa sangat sepi pada pagi hari, karena kebanyakan dari mereka selalu sibuk di ladang mereka masig-masing. Padi dan Bawang Merah pun menjadi tanaman terpilih dari warga desa Klagen.
Kebanyakan para petani desa Klagen kecamatan Rejoso ini lebih suka menanam bawang merah, atau yang biasa lebih di kenal dengan sebutan brambang. Maka tak mengeherankan apabila banyak ditemukan rumah warga yang penuh dengan brambang, biasanya para warga menyimpang brambang tersebut di atap rumah. Alasanya agar bawang merah mereka tetap utuh sampai kering dan  tidak busuk. Berikut penuturan Hari (28), “Di rumah saya terdapat banyak brambang yang menggantung di atap rumah karena brambang itu akan saya jadikan bibit. Jadi brambang itu tidak boleh busuk dan juga harus kering.”
Tanaman brambang ini biasanya ditanam pada bulan Juni setiap tahunya. Proses pemanenan brambang tersebut sangat cepat, karena hanya memerlukan waktu selama kurang lebih dua setengah bulan saja sudah dapat dipetik hasilnya. Oleh karena itu, hasilnya dirasa lebih menguntungkan. “Saya lebih suka menanam bawang merah mbak, karena hasilnya lebih banyak. Sekali panen saja bisa beli dua motor”, sambil tertawa senang ucap Pairan (40).
“Tetapi perawatan untuk menanam bawang merah susah mbak, karena setiap hari airnya harus terjaga”, ujar Hari (28). “Untuk memenuhi kebutuhan air yang ajeg, maka ladang untuk menanam bawang merah selalu dikeliligi oleh got-got untuk menampung air”, tambanya lagi. 

Selain brambang, desa ini juga tetap memprioritaskan tanaman padi. Bagi Sumali (39) beliau lebih suka menanam padi karena padi lebih mudah perawatannya, ujar pria paruh baya tersebut. Meskipun dari hasil panen padi tidak bisa dipastikan, tetapi beliau tetap tidak ingin beralih profesi dari petani padi menjadi petani brambang.  
 Karena hasil panen padi tidak selalu dapat diandalkan, maka pak Sumali (39) ini meminjam uang di koperasi, untuk mulai membeli bibit, pupuk, serta untuk memenuhi semua perawatan padinya. “Kita itu petani kecil mbak, kalau ndak minjem di koperasi juga ndak akan bisa usaha. Baru nanti setelah panen, kita bisa mengangsur pembayaran pinjaman di koperasi”, papar lelaki paruh baya itu (1/5).

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar